Kamis, 22 November 2012

makalah pemeriksaan fisik abdomen


 KEBUTUHAN DASAR MANUSIA I

TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK:
-INSPEKSI
-AUSKULTASI
-PALPASI
-PERKUSI

DI
S
U
S
U
N
OLEH:

Nama Anggota                    : - AKLIMA
              - AL ANSHARI
Kelompok                             : I
Tingkat                                 : I’C
Dosen Pembimbing          : IDA SAFRIAYANTI. SKM














AKADEMI KESEHATAN PEMKAB ACEH UTARA
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2012 / 2013



KATA PENGANTAR
      Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “ Teknik Pemeriksaan fisik ”. Shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
      Penyusunan makalah ini merupakan suatu tugas yang di berikan oleh guru / pembimbing  yang mengajar pelajaran KDM I di AKKES PEMKAB ACEH UTARA, Jurusan Keperawatan.
      Dalam penulisan makalah ini terdapat sedikit kendala dalam peyelesaiannya, akan tetapi berkat bimbingan dan arahan pembimbing maka permasalahan tersebut bisa diatasi, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
      Dalam makalah ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih  kepada Ibu YUSNIDARYANI,M.KES selaku koordinator pelajaran KDM I, serta kepada Ibu IDA SAFRIYNTI.SKM selaku pembimbing saya di bidang pelajaran KDM I, dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayah dan bunda tercinta serta semua keluarga tersayang yang telah memberikan dukungan dan do’a kepada penulis, dan seluruh staf dosen dan Serta petugas yg di AKKES PEMKAB ACEH UTARA, serta rekan-rekan seperjuangan khususnya D3 dan yang dengan canda tawanya telah mengiringi penyelesaian makalah ini.
      Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi semua pembaca dan pemerhati ilmu.

                                                                  Lhokseumawe, 25 September 2012

DAFTAR ISI

          LEMBAR JUDUL........................................................................................
          KATA PENGANTAR...................................................................................
          DAFTAR ISI.................................................................................................
                BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Pemeriksaan Fisik Abdomen………………………………………………………
1.2  Topografi Anatomi…………………………………………………………………..
                BAB II  LANDASAN TEORI
2.1 Inspeksi……………………………………………………………………………….
2.2 Auskulasi………………………………………………………………………….....
2.3 Palpasi………………………………………………………………………………..
2.4 Perkusi………………………………………………………………………………..
                 BAB III   METODE PENELITIAN
3.1 Untuk Pemeriksaan Hepar Prosedur……………………………………………
3.2 Untuk Pemeriksaan Lien Prosedur……………………………………………...
3.3 Untuk Pemeriksaan Ginjal Abdomen Prosedur………………………………..
                 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................
4.2 Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

BAB I

1.1 PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap abdomen.

1.2 TOPOGRAFI ANATOMI ABDOMEN

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk menentukanlokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melaluiumbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis vertical;
- Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan yang keduadibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
- Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-lineabdomen.
- Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dansaecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang merupakan organ retroperitonealdalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid terabadi daerah suprapubik.

http://htmlimg3.scribdassets.com/5cnl78ijggou63r/images/1-8950ce19ee.jpg

BAB II

2.1  INSPEKSI

Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama dindingabdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
- Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya (menurun padaorang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas garukan(penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae(gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).
- Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
- Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kistaovarii, hidronefrosis).
- Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
- Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.
- Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dindingabdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
- Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasidi daerah epigastrium dan umbilical.Perhatikan juga gerakan pasien:
- Pasien sering merubah posisi: adanya obstruksi usus.- Pasien sering menghindari gerakan: iritasi peritoneum generalisata.
- Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi: peritonitis.
- Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri: pankreatitis parah.

2.2       AUSKULTASI

Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus dan bising pembuluhdarah. Dilakukan selama 2-3 menit.- Mendengarkan suara peristaltic usus.Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh bagianabdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya gerakan cairan dan udara dalam usus.Frekuensi normal berkisar 5-34 kali/ menit.
Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksimakin berat, abdomen tampak membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingankeeping uang logam (metallic-sound). Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampaihilang. Mendengarkan suara pembuluh darah.Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada aneurismaaorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar adanya bisingvena (venous hum) di daerah epigastrium.
2.3       PALPASI

Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
- Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang. Sebaiknya pemeriksaandilakukan tidak buru-buru.
- Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekananyang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
- Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkannyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
- Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien diminta untuk menekuk lututnya.Bedakan spasme volunteer & spasme sejati; dengan menekan daerahmuskulus rectus, minta pasien menarik napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka ituadalah spasme volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu adalahspasme sejati.
- Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana tangan kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan tangan kanan di bagian depan dindingabdomen.
- Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat asites.Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen & dengan cepattangan ditarik kembali. Cairan asites akan berpindah untuk sementara, sehingga organ ataumassa tumor yang membesar dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul.
Teknik ballottement juga dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organoleh satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya,tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya.Sebaiknya digambarkan skematisnya.Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasiendiminta untuk menarik napas dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakandengan berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di bawah prosesusxiphoideus.

2.4       PERKUSI

Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista),adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam ronggaabdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisiudara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
Orientasi abdomen secara umum. Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis untuk mengetahuidistribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness). Pada perforasi usus, pekak hati akanmenghilang. Cairan bebas dalam rongga abdomenAdanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan suara perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau suara dullness dominant. Karena cairan itu bebasdalam rongga abdomen, maka bila pasien dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisiterendah.
Cara pemeriksaan asites:o Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah ketukan pada satu sisidinding abdomen akan menimbulkan gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain.Pasien tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangankiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.o Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen terendah. Pasien tidur terlentang,lakukan perkusi dan tandai peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien dimintatidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai tempat peralihan suara timpani ke redupmaka akan tampak adanya peralihan suara redup.

BAB III
3.1 Untuk pemeriksaan hepar prosedur:

1. Melakukan perkusi batas bawah hepar: Mulai dari bawah umbilikus di mcl kanan perkusi dari bawah ke atas sampai suara redup (tidak ada pergeseran ke bawah/ Obstruksi paru kronik).
2. Melakukan perkusi batas atas hepar: daerah paru ke bawah sampai suara redup.
3. Mengukur tinggi antara daerah redup (tidak ada pembesaran hepar).
4. Melakukan palpasi dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita menyangga costa ke-11/12sejajar, minta penderita rileks.
5. Mendorong hepar ke depan, diraba dari depan dengan tangan kanan.
6. Menempatkan tangan kanan pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah hepar dan tekanlembut ke arah atas.
7. Meminta pasien bernafas dalam terasa sentuhan hepar bergerak ke bawah (tangan dikendorkanagar hepar meluncur dibawah jari sehingga meraba permukaan yang lunak tidak berbenjol, tepitegas/tajam, tidak ada pembesaran).

3.2 Untuk pemeriksaan lien prosedur:

  1. Perkusi daerah ics terbawa di linea axillaris anterior kiri (timpani)
  2. Meminta pasien menarik nafas panjang lakukan perkusi lagi (kalau redup berarti pembesaranlimfe atau bisa normal false positive splenic percussion sign)
  3. Melakukan perkusi daerah redup dari berbagai arah (redup meluas berarti pembesaran limpa) perlu dilakukan palpasi untuk memastikan
  4. Melakukan palpasi dengan meletakkan tangan kiri menyangga dan mengangkat costa bagian bawah kiri sebelah penderita. Tangan kanan diletakkan di bawah arcus aorta kemudian tekan kearah lien
  5. Meminta penderita bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari (lien membesar atautidak)
  6. Mengulangi pemeriksaan pada posisi pasien miring ke kanan dengan tungkai paha dan lutut flexiagar lien mudah teraba
  7. Memperkirakan jarak letak lien dengan costa kiri terbawah

3.3 Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur:

  1. Melakukan palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.
  2. Meletakkan tangan kiri di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari menyentuhsudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan).
  3. Meletakkan tangan kanan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawaharcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga).
  4. Minta pasien membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
  5. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang.
  6. Meletakkan tangan kiri dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus, minta pasienmenarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam di bawah arcus aortauntuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang teraba)Untuk pemeriksaan ketok ginjal prosedur tambahannya.
  7. Memperlsilahkan penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita
  8. Meletakkan satu tangan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan)
  9. Meletakkan satu tangan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri)
  10. Meminta penderita untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit

Pengertian Ikterus

Ikterus adalah wama kuning yang tampak pada kulit dan mukos, karena adanya penumpukan bilirubin akibat peningkatan kadarnya dalam darah. Harga Normal bilirubin dalam darah : Direk < 1,0 mg, Indirek < 2,0 mg%.
Harga patologis (kelainan) bilirubin dalam darah:
- Indirek bayi aterm > 12mg%
- Indirek bayi prematur > 10 mg%
- Peningkatankadar0;2rng/ja;natau4mg/hariPenumpukan bilirubin disebabkan oleh :
1. Pemecahan eritrosit (sel darah merah) berlebihan.
2. Gangguan transportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan.
3. Gangguan konjugasi.
4. Gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar.
5. Gangguan ekskresi atau obstruksiIkterus FisiologisBila penumpukan bilirubin tídak mengganggu.
- Tampak pada hari ke 3 ± 4
- Bayi tampak normal/sehat
- Kadarnya < 12 mg%
- Menghilang paling lambat 10- 14 hari
- Tidak ada faktor resiko
- Sebab : proses físiologisIkterus Patologis
- Biasanya timbul pada bayi umur < 36 jam
- Cepat berkembang- Bisa disertai lebih lama  > 2 Minggu
- Ada faktor resiko
- Dasar : proses patologis

Pemeriksaan KlinisPenentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh (menurut KRAMER)
I Kramer I Daerah kepala(Bilirubin total 5 7 mg)
I Kramer II Daerah dada pusat(Bilirubin total 7 10 mg%)
I Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut(Bilimbin total 10 13 mg)
I Kramer IV Lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan kaki(Bilirubin total 13 17 mg%)
I Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki(Bilirubin total >17 mg%).

Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Pembesaranorganhati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virushepatitis, demam tifoid, amoeba,pemimbunan lemak (fatty liver), penyakit keganasan sepertileukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis).

Etiologi

Penyebab yang sering ditemukan:
- Alkoholisme
- Hepatitits A
- Hepatitis B
- Gagal jantung kongestif (CHF, congestiveheartfailure)
- Leukemia
- Neuroblastoma
- Sindroma Reye
- Karsinoma hepatoseluler
- Penyakit Niemann
-Pick 
- Intoleransi fruktosa bawaan
- Penyakit penimbunan glikogen
- Tumor metastatic
- Sirosis bilier primer 
- Sarkoidosis
- Kolangitis sklerotik 
- Sindroma hemolitik-uremik.
http://htmlimg2.scribdassets.com/5cnl78ijggou63r/images/8-48adca9d79.jpghttp://htmlimg2.scribdassets.com/5cnl78ijggou63r/images/8-48adca9d79.jpg

Gejala

Hati yang membesar biasanyatidak menyebabkan gejala. Tetapi jika pembesarannya hebat, bisamenyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh. Jika pembesaran terjadi secaracepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba.

Diagnosa

Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik.Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan olehdarah atau penyumbatan awal dari saluran empedu.Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis.Benjolan yang nyata biasanya diduga suatu kanker.Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk membantu menentukan penyebab membesarnyahati adalah: rontgen perut, CT scan perut, dan tes fungsi hati.

Pembesaran Limpa

Limpa menghasilkan, memantau, menyimpan dan menghancurkan sel darah.Limpa merupakan organ sebesar kepalan tinju yang lembut dan berongga-rongga, dan berwarnakeunguan.Limpa terdapat dibagian atas rongga perut, tepat dibawah lengkung tulang iga di sebelah kiri.Limpa berfungsi sebagai 2 organ. Bagian yang putih merupakan sistem kekebalan untuk melawan infeksi dan bagian yang merah bertugas membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah (misalnya sel darahmerah yang rusak).Sel darah putih tertentu (limfosit) menghasilkan antibodi pelindung dan memegang peranan penting dalam melawan infeksi.Limfosit dapat dibentuk dan mengalami pematangan di dalam bagian putih limpa.
Bagian merah limpa mengandung sel darah putih lainnya (fagosit) yang mencerna bahan yangtidak diinginkan (misalnya bakteri atau sel yang rusak) dalam pembeluh darah.Bagian merah memantau sel darah merah (menentukan sel yang abnormal atau terlalu tua atau sel yang mengalami kerusakan) dan menghancurkannya.Karena itu, bagian merah ini kadang disebut sebagai kuburan sel darah merah.Bagian merah juga berfungsi sebagai cadangan untuk elemen-elemen darah, terutama sel darah putih dan trombosit.
Pada banyak binatang, bagian merah ini melepasakan elen darah ke dalam darah sirkulasi padasaat tubuh memerlukannya; tetapi pada manusia pelepasan elemen ini bukan merupakan fungsilimpa yang penting.Jika limpa diangkat melalui pembedahan (splenektomi), tubuh akan kehilangan beberapakemampuannya untuk menghasilkan antibodi pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan dari tubuh.Sebagai akibatnya, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi akan berkurang.Tidak lama kemudian, organ lainnya (terutama hati) akan meningkatkan fungsinya dalammelawan infeksi untuk menggantikan kehilangan tersebut, sehingga peningkatan resikoterjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama.Jika limpa membesar (splenomegali), kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-seldarah akan meningkat.Splenomegali dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih dantrombosit dalam sirkulasi.Jika limpa yang membesar menangkap sejumlah besar sel darah yang abnormal, sel-sel ini akanmenyumbat limpa dan mengganggu fungsinya.Proses ini menyebabkan suatu lingkaran setan, yaitu semakin banyak sel yang terperangkapdalam limpa, maka limpa akan semakin membesar; semakin membesar limpa, maka akansemakin banyak sel yang terperangkap.Jika limpa terlalu banyak membuang sel darah dari sirkulasi (hipersplenisme), bisa timbulsejumlah masalah, seperti:
- anemia (karena jumlah sel darah merah berkurang)
- sering mengalami infeksi (karena jumlah sel darah putih berkurang)
- kelainan perdarahan (karena trombosit berkurang).
Pada akhirnya limpa yang sangat membesar juga menangkan sel darah merah yang normal danmenghancurkannya bersama dengan sel-sel yang abnormal.

Penyebab:
1. Infeksi- Hepatitis- Mononukleosis infeksiosa- Psitakosis- Endokarditis bakterialis subakut- Bruselosis- Kala-azar - Malaria- Sifilis- Tuberkulosis
2. Anemia- Elliptositosis herediter - Sferositosis herediter - Penyakit sel sabit (terutama pada anak-anak)- Thalassemia
3. Kanker darah dan penyakit proliferatif - Penyakit Hodgkin dan limfoma lainnya- Leukemia- Mielofibrosis- Polisitemia vera
4. Penyakit peradangan- Amiloidosis- Sindroma Felty- Sarkoidosis- Lupus eritematosus sistemik 
5. Penyakit hati- Sirosis
6. Penyakit penimbunan- Penyakit Gaucher - Penyakit Hand-Schller-Christian- Penyakit Lettere-Siwe- Penyakit Niemann-Pick 
7. Penyebab lain- Kisata dalam limpa- Penekanan terhadap vena dari limpa atauvena yang menuju ke hati- Bekuan darah dalam vena dari limpa atauvena yang menuju ke hati. GEJALALimpa yang membesar tidak menyebabkan banyak gejala, dan tidak satupun gejala yangmenunjukkan penyebab membesarnya limpa. Limpa yang membesar terletak di dekat lambung dan bisa menekan lambung, sehingga penderita bisa merasakan perutnya penuh meskipun baru makan sedikit makanan kecil atau bahkan belummakan apa-apa.Penderita juga bisa merasakan nyeri perut atau nyeri punggung di daerah limpa, yang bisamenjalar ke bahu, terutama jika sebagian limpa tidak mendapatkan cukup darah dan mulai mati DIAGNOSA.
Biasanya pada pemeriksaan fisik, seorang dokter dapat merasakan adanya pembesaran limpa.Pembesaran limpa juga bisa terlihat pada foto rontgen perut.Kadang diperlukan CT scan untuk menentukan besarnya limpa dan melihat adanya penekananterhadap organ di sekitarnya. MRI scan juga memberikan hasil yang sama dengan CT scan dan juga bisa mengikuti alirandarah yang melalui limpa. Pemeriksaan penyaringan lainnya menggunakan partikel radioaktif yang ringan untuk mengukur  besarnya limpa dan fungsinya serta untuk menentukan apakah terdapat penumpukan atau penghancuran sel darah dalam jumlah besar.Pemeriksaan darah menunjukkan berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih dantrombosit.Pada pemeriksaan dibawah mikroskop, bentuk dan ukuran sel darah bisa memberikan petunjuk mengenai penyebab membesarnya limpa.Pemeriksaan sumsum tulang dapat menemukan adanya kanker sel darah (misalnya leukemia ataulimfoma) atau penumpukan bahan-bahan yang tidak diinginkan.Kadar asam urat (produk sisa yang ditemukan dalam darah dan air kemih) dan kadar alkalinfosfatase (suatu enzim yang ditemukan pada beberapa sel darah) dalam leukosit, juga diukur untuk menentukan apakah terdapat leukemia atau limfoma.

      PENGOBATAN Jika memungkinkan, dilakukan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkan terjadinya pembesaran limpa. Pengangkatan limpa melalui pembedahan jarang diperlukan dan bisa menyebabkan masalah,seperti kepekaan terhadap infeksi yang serius.Tetapi pada keadaan tertentu resiko ini lebih baik dihadapi, yaitu jika:
- limpa dengan sangat cepat menghancurkan sel darah merah sehingga terjadi anemia yang berat.
- cadangan sel darah putih dan trombosit sangat berkurang, sehingga mudah mengalami infeksidan perdarahan- limpa sangat membesar sehingga menyebabkan nyeri atau menekan organ lainnya.
- limpa sangat membesar sehingga sebagian dari limpa mengalami perdarahan atau mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar