Senin, 12 November 2012

BIO LISTRIK, BIO OPTIK, PERAWATAN ALAT KESEHATAN (ELEKTRONIK, KACA, LOGAM, DAN KARET)


FISIKA

BIO LISTRIK, BIO OPTIK,

PERAWATAN ALAT KESEHATAN

(ELEKTRONIK, KACA, LOGAM, DAN KARET)


DI
S
U
S
U
N

OLEH :
Nama                          :           AL ANSHARI
Kelompok                   :           I
Tingkat                       :           I’C
Dosen Pembimbing     :           BURHANUDDIN




AKADEMI KESEHATAN PEMKAB ACEH UTARA
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2012/2013

Bio listrik Dalam Keperawatan
Pengertian Biolistrik
            Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.

            Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.

            Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.

            Bio-listrik adalah daya listrik hidup yang terdiri dari pancaran elektron-elektron yang keluar dari setiap titik tubuh (titik energi) dan muncul akibat adanya rangsangan penginderaan. Pikiran kita terdiri dari daya listrik hidup, semua daya ini berkumpul didalam pusat akal didalam otak dalam bentuk potensi daya listrik. Dari pusat akal, daya ini kemudian diarahkan ke seluruh anggota tubuh kita, yang kemudian bergerak oleh perangsangnya. Potensi daya listrik hidup ini, yang tertimbun didalam pusat akal harus di tuntut oleh sesuatu supaya mengalir untuk mengadakan gerakan tubuh kita atau bagian-bagian tubuh lainnya.

            Dengan demikian daya listrik hidup yang tertimbun di dalam pusat akal sebagai potensi hanya dapat mengalir dan menjadi amal atau gerakan apabila ia di tuntut untuk berbuat demikian.

Meridian (akupunktur)
            Meridian adalah jalur lalu lintas energi dalam tubuh. Dan sebagaimana lalu lintas, pada meridian ada jalur/jalan, ada hambatan, ada persimpangan, ada titik awal, ada titik akhir dan sebagainya. Jika jalan energi pada meridian lancar, maka akan tercipta keharmonisan dalam tubuh, dan tubuh kita mampu melawan penyakit, sebaliknya jika terjadi hambatan pada meridian maka akan muncul gangguan kesehatan.

            Yang membedakan meridian dengan jaringan lain dalam tubuh adalah jaringan darah dan syaraf dapat terlihat oleh mata, sedangkan jaringan meridian tidak terlihat walaupun nyata. Dalam ilmu kedokteran modern, rahasia teori jalur energi meridian ini masih belum terungkap karena saat ini belum ada alat yang bisa mendeteksinya, akan tetapi teori ini sudah dibuktikan manfaatnya selama ribuan tahun.

            Fenomena teori meridian mungkin sama dengan keberadaan nyawa pada mahluk hidup. Keberadaan nyawa sangat penting bagi kehidupan tapi belum ada yang bisa mengungkap rahasia keberadaannya. Jadi Keberadaan meridian belum dapat dibuktikan secara fisik menurut ilmu kedokteran, walaupun riset telah menunjukkan bagaimana transmisi dari informasi dari chi dapat berhubungan di bagian-bagian internal manusia.

            Keuntungan Berlatih Senam Pernafasan Bio Energy NAQS-ALIF LAM MIM

1. Tidak akan mudah merasa lelah.
2. Tidak akan mudah terserang oleh suatu penyakit.
3. Sembuh dari berbagai macam penyakit yang sedang diderita
4. Sinergis dan mempercepat proses penyembuhan medik.
5. Tidak akan mudah terkena stres dan penyakit kejiwaan lainnya.
6. Memperkecil kemungkinan terkena serangan jantung maupun stroke.
7. Memperlambat proses penuaan kulit.
8. Mempertahankan keindahan buah dada, muka dan perut.
9. Mempercepat proses penyembuhan luka, baik luka di luar maupun di dalam tubuh.
10. Memberikan ketenangan batin serta meningkatkan kepercayaan diri.
11. Meningkatkan stamina, pertumbuhan dan kecerdasan anak.
12. Dan lain-lain


















BIO OPTIK DALAM KEPERAWATAN

PENDAHULUAN
            Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berrpendapat bahwa benda-benda di sekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini didukung oleh Plato (429 – 348 ) dan Euclides (287 – 212 SM) oleh karena pada mata binatang di malam hari tampak bersinar.
            Pendapat di atas di tentang oleh Aristoteles (384 – 322 SM) karena pada kenyataan kita tidak dapat melihat benda-benda di dalam ruang gelap. Namun demikian Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata dapat melihat benda.
Pada abad pertengahan Alhazan (965 – 1038) seorang Mesir di Iskandria berpendapat bahwa benda di sekitar itu dapat dilihat oleh karena benda-benda tersebut memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata . teori ini akhirnya di terima sampai abad ke 20 ini.

OPTIK GEOMETRI DAN OPTIK FISIKA

1. OPTIK GEOMETRI
            Berpangkal pada perjalanan cahaya dalam medium secara garis lurus, berkas-berkas cahaya di sebut garis cahaya dan gambar secara garis lurus. Dengan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa :

f = focus = titik api
b = jarak benda
v = jarak bayangan

Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :

n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)

2. OPTIK FISIK
            Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan malui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut.
            Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa cahaya sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler). Sedangkan dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.
            Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell (1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil percobaannya dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10 m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik.
            Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan yang bergetar olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium lainnya.
            Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari dengan cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan gelombang magnetic.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat materi (partikel) dan sifat gelombang.

HUBUNGAN ANTARA ENDEKS BIAS DAN KECEPATAN RAMBAT
Indeks bias dari suatu benda didefinisikan sebagai :
n
i = sudut datang
r = sudut bias
            ini dapat pula didefinisikan sebagai berikut : kecepatan rambat cahaya dalam ruang hampa dibandingkan dengan kecepatan rambat cahaya dalam medium. Dengan demikian bila cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa C dan di dalam medium C maka :

LENSA
            Berdasarkan bentuk permukaan lensa maka lensa dapat dibagi menjadi dua :
 Lensa yang mempunyai permukaan sferis.
v
 Lensa yang mempunyai permukaan silindris.
v

            Permukaan sferis ada dua macam pula yaitu :
 Lensa konvergen / konveks.
v
            Yaitu sinar sejajar yang menembus lensa akan berkumpul menjadi bayangan nyata, juga di sebut lensa positif atau lensa cembung.
 Lensa divergen / konkaf.
v
            Yaitu sinar yang sejajar yang menembus lensa akan menyebar , lensa ini disebut lensa negatif atau lensa cekung.
            Lensa yang mempunyai permukaan silindris disebut lensa silindris. Lensa ini mempunyai focus yang positif dan ada pula mempunyai focus negatif.

KESESATAN LENSA
            Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan , jarak focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa).
Aberasi ini ada bermacam-macam :
a. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).
            Sinar-sinar paraksial / sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’. aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
b. Koma
            Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.
c. Astigmatisma
            Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan besar akan berbentuk koma.
d. Kelengkungan medan
            Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan.
e. Distorsi
            Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan diafragma atau cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi ini dapat dihilangkan dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
f. Aberasi kromatis
            Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena focus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa.
            Ada dua macam aberasi kromatis yaitu :
 1. Aberasi kromatis aksial/longitudinal : perubahan jarak bayangan sesuai dengan indeks bias.
v
 2. Aberasi kromatis lateral : perubahan aberasi dalam ukuran bayangan.
v
Untuk menghilangkan terjadinya aberasi kromatis dipakai lensa flinta dan kaca krown; lensa kembar ini disebut “ Achromatic double lens”.

MATA
            Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang.
            Ada tiga komponen pada penginderaan penglihatan :
 1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
v
 2. System syaraf mata yang memberi informasi ke otak
v
 3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.
v

1. ALAT OPTIK MATA
            Bagian-bagian pada mata terdiri dari :
 Retina
v
            Terdapat ros batang dank ones/kerucut, fungsi rod untuk melihat pada malam hari sedangkan kone untuk melihat siang hari. Dari retina ini akan dilanjutkan ke saraf optikus.
 Fovea sentralis
v
            Daerah cekung yang berukuran 0,25 mm di tengah-tengahnya terdapat macula lutea (bintik kuning).
 Kornea dan lensa
v
            Kornea merupakan lapisan mata paling depan dan berfungsi memfokuskan benda dengan cara refraksi, tebalnya 0,5 mm sedangkan lensa terdiri dari kristal mempunyai dua permukaan dengan jari-jari kelengkungan 7,8 m fungsinya adalah memfokuskan objek pada berbagai jarak.
 Pupil
v
            Di tengah-tengah iris terdapat pupil yang fungsinya mengatur cahaya yang masuk. Apabila cahaya terang pupil menguncup demikian sebaliknya.

            Sistem optic mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal oleh karena :
a. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar
b. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
c. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek berjarak 20 cm
d. Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 10 : 1
e. Diafragma mata di atur secara otomatis oleh iris
f. Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi
g. Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg
h. Tiap mata dilindungi oleh tulang
i. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak
j. Bola mata dilengkapi dengan otot-otot mata yang mengatur gerakan bola mata (m=muskulus = otot).
 M. rektus medialis = menarik bola mata ke dalam
Ø
 M. rektus lateralis = menarik bola mata ke samping
Ø
 M. rektus superior = menarik bola mata ke atas
Ø
 M. rektus inferior = menarik bola mata ke bawah
Ø
 M. obligus inferior = memutar ke samping atas
Ø
 M. obligus superior = memutar ke samping dalam.
Ø
            Kelumpuhan salah satu otot mata akan timbul gejala yang disebut strabismus (mata juling). Ada tiga macam strabismus yaitu strabismus horizontal, vertical dan torsional.

2. DAYA AKOMODASI
            Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tetap demikian pula bola mata (diameter bola mata 20 – 23 mm). kemampuan lensa mata untuk memfokuskan objek di sebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat mata / lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia makin tua daya akomodasi semakin menurun. Hal ini disebabkan kekenyalan lensa/elastisitas lensa semakin berkurang.

            Jarak terdekat dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada “titik dekat” punktum proksimum. Jarak punktum proksimum terhadap mata dinyatakan P (dalam meter) maka disebut Ap (akisal proksimum); pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya (mata berakomodasi maksimum). Jarak terjauh bagi benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dikatakan benda terletak pada titik jauh/punktum remotum. Jarak punktum remotum terhadap mata dinyatakan r (dalam meter) maka disebut Ar (Aksial Proksimum); pada saat ini mata tidak berakomodasi/lepas akomodasi.
            Selisih A dengan Ar disebut lebar akomodasi, dapat dinyatakan :
A = lebar akomodasi
            Yaitu perbedaan antara akomodasi maksimal dengan lepas akomodasi maksimal.
Secara empiris A = 0,0028 (80 th – L) dioptri

L = umur dalam tahun
            Bertambah jauhnya titik dekat akibat umur disebut mata presbiop. Presbyop ini bukan merupakan cacat penglihatan. Ada satu dari sekian jumlah orang tidak mempunyai lensa mata . Mata demikian disebut mata afasia.

3. PENYIMPANGAN PENGLIHATAN
            Mata yang mempunyai titik jauh/punktum remotum terhingga akan memberi bayangan benda secara tajam pada selaput retina. Dikatakan mata emetropia. Sedangkan mata yang mempunyai titik jauh yang bukan tak terhingga , mata demikian disebut mata ametropia.
Mata emetropia mempunyai punktum proksimum sekitar 25 cm, disebut mata normal. Sedangkan mata emetropia yang mempunyai punktum proksimum lebih dari 25 cm di sebut mata presbiopia.
            Mata ametropia mempunyai dua bentuk :
 Myopia (penglihatan dekat)
v
 Hipermetropia(penglihatan jauh)
v

MIOPIA
            Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu kecil di sebut mata myopia. Mata myopia ini bentuk mata terlalu lonjong maka benda berjauhan tak terhingga akan tergambar tajam di depan retina. Mata seperti ini dapat melihat tajam benda pada titik dekat tanpa akomodasi. Dengan akomodasi kuat akan terlihat benda yang lebih dekat lagi.

HIPERMETROPIA
            Mata ametropia yang mempunyai P dan r terlalu besar dikatakan hipermetropia. Kalau diperhatikan bola mata hipermetropia maka akan terlihat bola mata yang agak gepeng dari normal. Mata yang demikian itu tanpa akomodasi bayangan tak terhingga akan terletak di belakang retina, tetapi kadang kala dengan akomodasi akan terlihat benda-benda yang jauh tak terhingga secara tajam bahkan dapat melihat benda-benda berada dekat di depan mata.
Baik myopia maupun hipermetropia kelainannya terletak pada poros yang di sebut ametropia poros.
            Selain myopia dan hipermetropia, ada salah satu kelainan pada lensa mata yaitu astigmatisma. Astigmatisma terjadi apabila salah satu komponen system lensa menjadi bentuk telur daripada sferis. Tambahan pula kornea atau lensa kristaline menjadi memanjang ke salah satu arah. Dengan demikian radius kurvatura menjadi lebih besar pada arah memanjang. Sebagai konsekwensi berkas cahaya yang masuk lewat kurvatura yang panjang akan difokuskan dibelakang retina sedangkan berkas cahaya yang masuk lewat kurvatura yang pendek difokuskan di depan retina. Dengan perkataan lain mata tersebut mempunyai pandangan jauh terhadap beberapa berkas cahaya dan berpandangan dekat terhadap sisa cahaya. Dengan demikian mata seseorang yang menderita astigmatisma tidak dapat memfokuskan setiap objek dengan jelas.

4. TEHNIK KOREKSI
            Setelah melalui pemeriksaan dokter mata dengan seksama maka ditentukan apakah penderita menderita presbiopia, hipermetropia, myopia, astigmatisma atau campuran (presbiopia dan myopia).
a. Mata presbiopia
            Pada mata presbiopia tidak ada masalah untuk melihat jauh. Yang menjadi masalah adalah melihat dekat, untuk itu penderita dianjurkan memakai kacamata positif.
b. Mata hipermetropia
            Mata demikian kemampuan melihat jauh dan dekat terganggu dimana punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu jauh sehingga dianjurkan memakai kacamata positif.
c. Mata myopia
            Pada mata myopia , kemampuan melihat dekat dan jauh tergganggu oleh karena letak punktum proksimum dan punktum remotum yang terlalu dekat sehingga dianjurkan memakai kacamata negatif.
d. Mata astigmatisma
            Penderita yang mengalami mata astigmatisma akan terganggu penglihatannya tidak dalam segala arah, sehingga penderita ini dianjurkan memakai kacamata silindris atau kaca mata toroidal. Penderita astigmatisma dengan satu mata akan melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan.
e. Campuan
            Ada penderita yang matanya sekaligus mangalami presbipoi dan myopia, maka mempunyai punktum proksimum yang letaknya terlalu jauh dan punktum remotum terlalu kecil, penderita demikian memakai kacamata rangkap yaitu kacamata bifocal (negatif diatas, positif di bawah)
v
            Ada penderita yang hanya menderita presbiopia, myopia atau hipermetropia tanpa astigmatisma hanya memakai kacamata berlensa sferis.
v

Contoh 1:
            Dokter dalam memeriksa penderita yang titik dekat matanya 0,5 meter dan penderita ingin membaca pada jarak 0,25 meter.
Pertanyaan :
a. Berapakah daya akomodasinya ?
b. Berapakah kekuatan lensa agar pemderita dapat membaca pada jarak 0,25 m ?

            Untuk menjawab pertanyaan ini perlu diketahui bahwa objek yang terjadi pada retina dibentuk oleh kornea dan lensa mata yang merupakan lensa gabung dan jarak kornea retina secara pendekatan adalah 2 cm = 0,02 meter. Daya akomodasi mata dihitung dalam dioptri (D) dimana selisih antara kekuatan lensa mata untuk melihat pada titik/jarak tertentu dengan daya kekuatan lensa mata pada waktu melihat benda pada jarak jauh tak terduga. Maka penyelesaian soal di atas sebagai berikut :
a. Kekuatan focus mata normal :

Kalau mata orang tersebut difokuskan pada jarak 0,5 meter maka focus matanya, Daya akomodasi sebesar

b. Untuk melihat benda pada jarak 0,25 meter maka kekuatan matanya :

Penderita tersebut harus memakai kacamata dengan kekuatan :
54 D – 52 D = 2 D
Contoh 2 :
            Penderita dengan titik dekat 2,0 meter. Berapa dioptrikah apabila penderita membaca pada jarak 0, 25 meter ?
Focus mata yang normal pada jarak 0,25 meter :

Focus mata pada jarak 2 meter :

Mata penderita ini perlu dikoreksi dengan lensa :
54 D – 50,5 D = 3,5 D
            Pada penulisan resep bagi penderita yang memerlukan lensa kacamata dapat di lihat sebagai berikut :
Sferis Silinder Aksis Penambahan
OD - 1,25 - 1,25 180 + 1,25
OS - 1,75 - 1,75 103 + 1,25
Penambahan 1,25 kacamata bertujuan untuk koreksi kacamata silinder tersebut.

5. KETAJAMAN PENGLIHATAN
            Ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata , di klinik dikenal dengan nama visus. Tapi bagi seorang ajli fisika ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata.
            Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kacamata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhannya. Oleh karena itu definisi visus adalah : nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan.
            Pada penentuan visus, para ahli mempergunakan kartu Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40 berarti penderita dapat membaca hurup pada 20 ft sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft (20 ft = 4 meter).


Dengan demikian dapat di tulis dengan rumus :

Keterangan :
d = Jarak yang di lihat oleh penderita
D = Jarak yang dapat di lihat oleh mata normal.
            Penggunaan kartu snellen ini, kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda, demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya. Untuk menghindari kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan “kartu cincin Landolt”.

            Kartu ini mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang sama besar, dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke kiri dank e kanan.
            Dari atas ke bawah cincin itu di atur agar lubangnya mengecil secara berangsur-angsur. Penderita di suruh menunjukkan deretan cincin tersebut hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka visus ini didapat dengan menghitung sudut dimana cincin Landolt itu diamati. Misalnya penderita menunjukkan cincin landolt tanpa salah pada 0,8 mm jarak 4 meter.
            Pemeriksaan visus seseorang selain disebut di atas dapat pula dengan cara menghitung jari, gerakan tangan dan sebagainya.
            Berarti penderita dapat menghitung jari tangan pada jarak 1 meter.
            Hanya dapat melihat gerakan tangan pada jarak 1 meter
= Hanya bisa membedakan gelap terang
            Kalau seseorang penderita terjadi penurunan visus tanpa kelainan organis disebut “Amblyopia”.

6. MEDAN PENGLIHATAN
            Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan “alat perimeter”.
            Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertical ± 130°; sedangkan medan penglihatan horizontal ± 155°.

7. TANGGAP CAHAYA
            Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada retina yaitu Rod (batang) dan Cone(kerucut).
            Rod dan Kone tidak terletak pada permukaan retina melainkan beberapa lapis di belakang jaringan syaraf.

Distribusi Rod dan Kone pada retina
a. Kone (kerucut)
            Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari disebut “fotopik”.
            Melalui kone kita dapat mengenal berbagai warna, tetapi kone tidak sensitive terhadap semua warna, ia hanya sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Kone terdapat terutama pada fovea sentralis.
b. Rod (batang).
            Dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan Skotopik. Dan merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap mata ada 120 juta batang. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20° terdapat kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru, hijau (510 nm).

            Tetapi Rod dan Kone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650 – 700 nm), tetapi penglihatan kone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan Rod.

8. PENYESUAIAN TERHADAP TERANG DAN GELAP
            Dari ruangan gelap masuk ke dalam ruangan terang kurang mengalami kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu tertentu agar memperoleh penyesuaian. Pendapat ini telah lama diketahui orang.
            Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak ada suatu objekpun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.

a. Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)
            Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energi sinar yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H (=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa versa)
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod.
            Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya akan menurun.

b. Mekanisme penyesuaian gelap
            Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya beradadi ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat apa-apa di dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.
            Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja, kepekaan retina mencapai nilai 100.000 waktu yang diperlukan 1 jam.
            Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunanan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit.

            Penyesuaian gelap ini ternyata kone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap oleh rod sekitar 30 – 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit pertama. Sebelum masuk ke kamar gelap (misalnya ruang Rontgen) biasanya dianjurkan memakai kacamata merah atau salah satu mata dipejamkan dalam beberapa saat (± 15 menit).

9. TANGGAP WARNA
            Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap warna tersebut belum diketahui secara jelas. Denganvmenggunakan pengamatan skotopik pada intensitas cahaya yang lemah, tidak ada respon terhadap warna. Tetapi dengan menggunakan pengamatan fotopik dapat melihata warna namun tidak bisa membedakan warna pada objek yang letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.

a. Teori tanggap warna
            Kone berbeda dengan rod dalam beberapa hal yaitu kone memberi jawaban yang selektif terhadap warna, kurang sensitive terhadap cahaya dan mempunyai hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholpz berpendapat ada 3 tipe kone yang tanggap terhadap tiga warna poko yaitu biru, hijau dan merah.
 Kone biru
v
            Mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekwensi cahaya antara 400 dan 500 milimikron. Berarti konne biru dapat menerima cahaya , ungu, biru dan hijau.
 Kone hijau
v
            Berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekwensi antara 450 dan 675 milimikron. Ini berarti kone hijau dapat mendeteksi warna biru, hijau, kuning, orange dan merah.
 Kone merah
v
            Dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.
            Ketiga warna pokok disebut trikhromatik. Teori yang diajukan oleh Lamonov, Young Helmholpz mengenai trikhromatik sukar untuk dimengerti bagaimana kone dapat mendeteksi warna menengah (warna intermediate) dari tiga warna pokok. Oleh sebab itu timbul teori tiga tipe dikromat yaitu suatu warna menengah terpraoduksi oleh karena dua tipe kone yang terangsang. Sebagai contoh, kone hijau dan merah terangsang bersamaan tetapi kone hijau terangsang lebih kuat daripada kone merah maka warna yang terproduksi adalah kuning kehijauan. Apabila kone hijau dank one biru terangsang, warna yang ditampilkan sebagai warna biru hijau. Jika intensitas rangsangan terhadap kone hijau lebih besar daripada kone biru, warna yang ditampilkan lebih hijau dan biru.
            Pada suatu percobaan dimana mata disinari dengan spectrum cahaya kemudian dibuat kurva respon dari pigmen peka cahaya akan tampak tiga warna pigmen peka cahaya yang serupa dengan kurva sensitive untuk ketiga tipe kone.

b. Buta warna
            Jika seseorang tidak mempunyai kone merah ia masih dapat melihat warna hijau, kuning, orange dan warna merah dengan menggunakan kone hijau tetapi tidak dapat membedakan secra tepat antara masing-masing warna tersebut oleh karena tidak mempunyai kone merah untuk kontras / membandingkan dengan kone hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan kone hijau, ia masih dapat melihata seluruh warna tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, orange dan merah.
            Hal ini disebabkan kone hijau yang sedikit itdak mampu mengkontraskan dengan kone merah. Jadi tidak adanya kone merah atau hijau akan timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara keadaan ini di sebut buta warna merah hijau kasus yang jarang sekali, tetapi bisa terjadi seseorang kekurangan kone biru, maka orang tersebut sukar membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan biru ( blue weakness). Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5 % terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Adapula orang buta terhadap warna merah disebut protanopia, buta terhadap warna hijau disebut deuteranopia dan buta terhadap warna biru disebut tritanopia.

10. PERALATAN DALAM PEMERIKSAAN MATA
            Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu : pemeriksaaan mata bagian dalam, pengukuran daya focus mata, penmgukuran kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu :
 -Opthalmoskop
v
 -Retinoskop
v
 -Keratometer
v
 -Tonometer dari schiotz
v
 -Pupilometer
v
 -Lensometer
v

OPTHALMOSKOP
            Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu :
 Pencerminan mata secara langsung
v
            Fundus okuli penderita disinari dengan lampu, apabila mata penderita emetropia dan tidak melakukan akomodasi maka sebagian cahaya akan dipantulkan dan keluar dari lensa mata penderita dalam keadaan sejajar dan terkumpul menjadi gambar tajam pada selaput jaringan mata pemeriksa (dokter) yang juga tidak terakomodasi. Pada jaringan mata dokter terbentuk gambar terbalik dan sama besar dengan fundus penderita.
 Pencerminan mata secara tak langsungv
            Cahaya melalui lensa condenser diproyeksi ke dalam mata penderita dengan bantuan cermin datar kemudian melalui retina mata penderita dipantulkan keluar dan difokuskan pada mata sipemeriksa (dokter). Dengan mempergunakan opthalmoskop dapat mengamati permasalahan mata yang berkaitan dengan tumor otak.

RETINOSKOP
            Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita tanpa aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam posisi nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa.
            Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya) yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa 67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.

KERATOMETER
            Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa kontak yaitu :
a. Hard contact lens
            Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1 cm. sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat mengoreksi astigmatisma.

b. Soft contact lens
            Adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi tidak dapat mengoreksi astigmatisma.

Dasar kerja keratometer :
            Benda dengan ukuran tertentu diletakkan didepan cermin cembung dengan jarak diketahui akan membentuk bayangan di belakang cermin cembung berjarak ½ r. dengan demikian dapat ditentukan permukaan cermin cembung.


            Berlandaskan kerja cermin cembung maka dibuat keratometer. Pada keratometer ,kornea bertindak sebagai cermin cembung, sumber cahaya sebagai objek. Pemeriksa mengatur focus agar memperoleh jarak dari kornea.
            Pemeriksa menentukan ukuran bayangan yang direfleksi dengan mengatur sudut prisma agar menghasilkan dua bayangan. Posisi prisma setelah diatur akan dikaliberasi dengan daya focus kornea ( dalam dioptri). Nilai rata-rata 44 dioptri dengan rata-rata radius kelengkungan kornea 7,7 mm. penderita dengan astigmastisma , biasanya dalam pengukuran bayangan dibuat arah vertical dan horizontal.

TONOMETER
            Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz.

Tehnik dasar :
            Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas, kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat ( Plug) diletakkan di atas kornea menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut. Tonometer dilengkapi dengan alat pemberat 5 5, 7 5 1 0, 0 dan 15,0 gram. Apabila pada pengukur tekanan intraocular dimana menggunakan alat pemberat 5, 5 gmaka berat total tonometer =
= Berat plug + alat pemberat
= 11 gram + 5,5 gram
= 16,5 gram.
            16,5 gram ini menunjukkan tekanan intraokuler sebesar 17 mm Hg. Pemeriksaan tekanan di dalam bola mata (intraokuli) untuk mengetahui apakah penderita menderita glaucoma atau tidak. Pada penderita glaucoma tekanan intraokuli mencapai 80 mmHg. Dalam keadaan normal tekanan intraokuli berkisar antara 20 – 25 mmHg dengan rata-rata produksi dan pengeluaran cairan humor aqueous 5 ml/hari.
            Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955) mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ; pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk.




PUPILOMETER DARI EINDHOVEN
            Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven. Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu.
            Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut :
            Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis 1 dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk melalui pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.

LENSOMETER
            Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar :
Menentukan focus lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara :
 Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari)
v
 Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya.
v

            Tehnik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya, dengan demikian dapat ditulis rumus sebagai berikut :

            Dengan memakai lensometer, benda penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa.










PERALATAN ALAT KESEHATAN FISIKA KEDOKTERAN

a.Macam – Macam Peralatan
            Kedokteran mempunyai peralatan yang beraneka ragam misalnya EKG, EEG,ditermi gelombang mikro, ultrasonic, tabung reaksi, pipet spatle, pinsetbedah, pinset anatomi, gunting, forcep, hand schoen dan lain – lain.
            Dari sekian banyak peralatan kedokteran tersebut, dapat digolongkanmenjadi 4, yaitu:
1.Peralatan ElektronikaPeralatan elektronika adalah peralatan yang mempergunakan sumberdaya listrik, misalnya alat electro encephalography, unitthermography, ventilator, unit monitor EKG dan lain – lain.
2.Peralatan dari Bahan Baku LogamBahan baku logam yang biasa dipakai adalah nikel, alpaca, tembagadan logam campuran lainnnya. Peralatan dari bahan logam ini banyakmacamnya, misalnya forcep ekstraksi, pinset, jarum hecting dan lain –lain.
3.Paralatan dari Bahan Baku GelasBahan baku yang biasa dipakai adalah pyrex dan fiber gelas. Contoh :vacuum extractive / ekstraksi vakum, pipet, tabung reaksi, buret dnlain – lain.
4.Peralatan dari Bahan Baku Karet / PlastikContoh : sarung tangan dari karet / hand schoen.
b.Perawatan Peralatan
            Perawatan peralatan kedokteran pada umunya dibagi dalam 4 kategori(elektronika, logam, gelas, karet), maka perawatan peralatan dibagi menjadi4 bagian. Yaitu :
1) Perawatan Alat Elektronika
            Peralatan elektronika sangat peka terhadap goncangan sehingga perludihindari dari goncangan. Hindari penggunaan peralatan dari medanmagnet yang sangat kuat agar sensitivitas meter tidak berubah. Alat –alat elektronika tidak tahan pada suhu di atas 25, sehingga padawaktu penggunaan suhu ruangan sebaiknya berkisar pada 18-25, rata – rata pad temperature 21.
       Untuk menghindari suhu terlalutinggi, pada alat perlu diberi kipas angin di sekitar power supply /sumber daya alat tersebut.Debu dapat pula mempegaruhi kerja alatnya, sehingga setiap ruangandibersihkan dengan menggunakan alat penyedot debu (vacuumcleaner).Pengetahuan dan keterampilan penggunaan peralatan memegangperanan penting dalam perawatan peralatan agar peralatan berjalandengan baok dan kerusakan dapat dihindari sejauh mungkin.Pengetahuan dan keterampilan ini meliputi :
a) Sasaran pengukuran telah dipahami terlebih dahulu
b) Persiapan metode, waktu dan program pengukuran
c) Kondisi perawatan baik atau buruk

2) Perawatan Alat dari Bahan Baku LogamAlat – alat yang terbuat dari loagam misalnya, besi, tembaga maupunsering berkarat.
            Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat– alat tersebut harus disimpan pada tempat yang mempunyaitemperature tinggi (± 37) dan lingkungan yang kering kalau perlumemakai bahan silicon sebagai alat penyerap uap air.Sebelum disimpan alat tersebut harus bebas dari kotoran debumaupun air yang melekat, kemudian diolesi dengan minyak oli, minyakrem atau paraffin cair.
3) Perawatan Alat dari Bahan Baku Gelas
            Bahan gelas banyak digunakan dalam laboratorium medis. Adabeberapa keuntungan maupun kerugian dari bahan baku gelastersebut.a)KeuntungannyaBahan gelas tahan terhadap reksi kimia, terutama bahan gelaspyrex, tahan terhadap perubahan temperatur mendadak,koefisien muai yang kecil, dan tembus cahaya yang besar.b)KerugiannyaMudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur sehingga mengganggu daya tembus sinar, kadang –kadang dengan menggunakan kain katun untukmembersihkannya saja mudah timbul goresan.
            Dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian dari bahan gelas,maka dalam segi perawatan maupun memperlakukan alat – alat gelasharus diperhatikan :
            a) Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27 - 37 dandiberi tambahan lampu 25 watt.
          b) Ruangan tempat penyimpanan diberi silicon sebagai zathigroskopis.
          c) Gunakan alcohol, aceton, kapas, sikat halus, dan pompa anginuntuk membersihkan debu dari permukaan kaca / gelas. Usahakanpada waktu membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisanlensa
          d) Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan diatas kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan secaralangsung asalkan bahan gelas terbuat dari pyrex.
            e) Gelas yang akan direbus hendaknya jangan dimasukkan langsungke dalam air yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan kedalam air yang dingin kemudian dipanaskan secara perlahan –lahan.
          f)Membersihkan bahan / kotoran dari gelas sebaiknya segera setelahdipakai dapat menggunakan :
•Air yang bersih
•Detergent : dapat menghilangkan lemak dan tidak membawaefek perubahan fisik
Larutan : Kalium dichromat 10 gramAsam belerang 25 mlAquades 75 mlKadang – kadang memerlukan perendaman sampai beberapa jam, kemudian dibilas dengan air bersih, dikeringkan denganudara panas, lalu disimpan di tempat yang kering.

4) Perawatan Alat dari Bahan Baku KaretSarung tangan dari karet / hand schoen mudah sekali meleleh ataumelengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghindarikerusakan dari bahan karet, sebelum melakukan penyimpanan mula –mula bersihkan kotoran darah atau cairan obat dengan cara mencucidengan sabun kemudian dikeringkan dengan menjemur di bawah sinarmatahari atau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi talk padaseluruh permukaan karet.

 

 

 

 

 

 

 

 

STERILISASI


Pengertian Sterilisasi ;
            Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia.
Jenis peralatanyang dapat disterilkan :
(1) Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
(2) Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
(3) Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
(4) Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
(5) Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
(6) Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
(7) Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
(8) Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.

Pelaksanaan :
(1) Sterilisasi dengan cara rebus
            Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.
(2) Sterilisasi dengan cara stoom
            Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
(3)Sterilisasi dengan cara panas kering
            Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
(4)Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia
            Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.

Perhatian :
(1)Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
(2)Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
(3)Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
(4)Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat disterilkan.
(5)Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan disterilkan).
(6)Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk mensterilkan selesai.
(7)Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
(8)Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
(9)Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.

Pemeliharaan Peralatan Perawatan dan Kedokteran
Pengertian :
            Melaksanakan pemeliharaan peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara membersihkan, mendesinfeksi atau mensterilkan serta menyimpannya.

Tujuan :
(1)Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai.
(2)Mencegah peralatan cepat rusak.
(3)Mencegah terjadinya infeksi silang.

a.Pemeliharaan Peralatan Dari Logam.
Jenis peralatan :
Misalnya :
(1)pisau operasi.
(2)Gunting.
(3)Pinset.
(4)Kocher.
(5)Korentang.

Persiapan :
(1)Peralatan yang akan dibersihkan.
(2)Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.
(3)Sabun cuci.
(4)Sikat halus.
(5)Bengkok (nierbekken).
(6)Lap kering.
(7)Larutan desinfektan.
(8)Kain kasa.
(9)Stalisator dalam keadaan siap pakai.

Pelaksanaan :
            (1)Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
            (2)Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih. Setelah air mendidih sekurang=-kurangnya 15 menit baru diangkat.
            (3)Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril ketempat penyiumpanan yang steril.
            (4)Setelah selesai, peralatan dibersihkan, di\bereskan dan dikembalikan ketempat semula.

Perhatian :
            Khusus peralatan logam yang tajam (misalnya pisau, gunting, jarum dll) harus dibungkus dulu dengan kain kasa, kemudian barulah dimasukkan kedalam sterilisator, setelah air mendidih dan ditungguantara tiga sampai lima menit baru diangkat.

b.Pemeliharaan Peralatan dari Gelas.
Jenis peralatan :
Misalnya :
(1)Kateter, (2)Pengisap lendir bayi, (3)Spuit.

Persiapan :
(1)Peralatan yang akan dibersihkan.
(2)Tempat pencucian dengan air yang mengalir ataubaskom berisi air bersih.
(3)Sabun cuci
(4)Sikat halus.
(5)Bengkok (nierbekken).
(6)Lap kering.
(7)Larutan desinfektan.
(8)Kais kasa.
(9)Sterilisator dalam keadaan siap pakai.
(10)Lidi kapas

Pelaksanaan :
            Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dai ligam. Tapi khusus spuit, pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas, kemudian masing-masing alat dibungkus dengan kain kasa, dan setelah itu baru dimasukkan kedalam sterilisator yang sudah berisi air dan diltakkan berdampingan.

c.Pemeliharaan Peralatan Dari Karet.
Jenis peralatan :
Misalnya :
(1)kateter.
(2)Pipa penduga lambung atau maagslang.
(3)Drain.

Persiapan :
(1)Peralatan yang akan dibersihkan.
(2)Tempat pencucian dengan air yang mengalir atau baskom.
(3)Sabun cuci.
(4)Bengkok (nierbekken).
(5)Spuit.
(6)Kapas bersih dan tempatnya.
(7)Larutan desinfektan.
(8)Sterilisator dalam keadaan siap pakai.

Pelaksanaan :
            (1)peralatan dibersihkan dan jika ada bekas-bekas plastic dihilangkan dengan kapas bersih.
            (2)Bagian didalamnya dibersihkan dengan menyemprotkan air dari spuit atau air mengalir sambil dipijit-pijit sampai bersih.
            (3)Setelah bersih, peralatan kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua jam, selanjutnya disabuni dan dibilas.
            (4)Setelah air didalam sterilisator mendidih, peralatan dimasukkan dan dibiarkan antara lima samapai sepuluh menit, baru diangkat dengan korentang steril. Setelah itu peralatan disimpan ditempat yang steril.
            (5)Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.

d.Pemeliharaan sarung Tangan.
Persiapan :
(1)Sarung tangan kotor (bekas dipergunakan).
(2)Tempat pencucian dengan air mengalir atau baskom berisi air bersih.
(3)Sabun cuci.
(4)Lap kering atau handuk.
(5)Bedak biasa.
(6)Tablet formalin secukupnya.
(7)Tromol atau stoples yang tertutup rapat.

Pelaksanaan :
            (1)Sarung tangan dibersihkan dan disabinu bagian luar dan dalamnya, lalu dibilas.
            (2)Sarung tangan diperiksa apakah bocor atau tidak, dengan cara memasukkan udara kedalamnya, lalu dicelupkan ke dalam air. Bila bocor dipisahkan.
            (3)Setelah bersih, sarung tangan dikeringkan dengan cara menggantungkannya terbalik atau langsungdikeringkan luar dan dalamnya dengan handuk atau lap kering.
            (4)Beri bedak tipis secara merata bagian luar dan dalamnya.
            (5)Sarung tangan diatur atau digulung sepasang-sepasang atau dipisahkan misalnya satu kelompok bagian kiri atau kanan saja. Bila dipisahkan kiri atau kanan saja, harus diberi label pengenal yang jelas pada tromol atau stoples masing-masing yang menunjukkan sebelah kanan atau kiri, serta tanggal dan jam dimulainya sterilisasi.
            (6)Sarung tangan kemudian dimasukkan kedalam tromol atau stoples yang telah berisi tablet formalin untuk disterilkan selama 24 jam sejak saat dimasukkan. Untuk tromol atau stoples ukuran satu liter digunakan empat tablet formalin 50 gram.
            (7)Setelah selesai, peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula
.

DAFTAR PUSTAKA

1. J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta
2. Ganong, W.F, 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
sumber: 
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar